Sofia hanya tahu satu cita-cita, bermain piano. Namun, ayahnya hanya tahu satu tujuan, menjadikan Sofia pengacara. Gadis itu sudah menyerah, hingga ia bertemu Romi yang membuatnya jadi lebih berani mengikuti kata hati. Mereka sepakat untuk membuat demo bermain piano empat tangan untuk mendapat beasiswa kuliah musik di Amerika. Sofia sangat menikmati saat-saat berlatih bersama Romi di Ruang Musik sekolah. Alunan indah nada piano dari keempat tangan mereka membuat Sofia lupa akan kesedihannya.
Sayangnya, ada dua fakta yang tak boleh dilupakan Sofia. Saat hatinya mulai merasakan desir aneh ketika berada di dekat Romi, ia harus ingat bahwa Romi telah memiliki Kikan. Saat semangat mengejar impiannya mencapai puncak, ia harus ingat bahwa ayahnya tak akan merestui. Patah hati Sofia terasa berkali-kali lipat lebih sakit. Akan bagaimanakah ia mengatasinya?