Namanya Kasih. Kedua orangtuanya berharap dia akan tumbuh dewasa dengan hati yang kaya kasih sayang. Bisa saja awalnya begitu, sebelum dirinya menjadi sosok yang seolah tak punya hati. ‘Kasih’ menjadi nama yang terlalu indah untuk si wajah kaku tanpa senyuman itu. Wajah yang lebih baik tak usah tersenyum, ketimbang bermalam-malam dihantui oleh bayangan mengerikan. Entah sejak kapan panggilan ‘Asih’ tersemat pada dirinya. Saat kali pertama bertemu, aku mengira hanya aku yang dia temui dengan cara seperti itu. Namun, nyatanya tidak. Cerita demi cerita dari mulut orangtua dan saudara- saudaraku bergulir. Ternyata, jauh sebelum aku lahir, dia sudah sering mencoba mendatangi banyak manusia.