Buku ini bercerita tentang kehidupan di Kampung Manowa. Kampung yang seluruh rumah penduduk, masjid, hingga sekolahnya pun berada di atas air. Bangunan-bangunannya kokoh berdiri dengan tiang-tiang yang tertanam di dasar muara. Karena itulah Kampung Manowa ini disebut sebagai kampung terapung. Tadinya, kehidupan di kampung ini sangat damai, sampai datang seorang utusan gubernur yang mengatakan akan membangun pelabuhan besar. Kampung Manowa terancam digusur.
Dari sinilah aksi Geng Anak Badai dimulai. Zaenal beserta tiga temannya, Ode, Awang dan Malim, menyelamatkan Pak Kapten dan Kampung Manowa. Pak Kapten adalah orang yang paling keras menentang pembangunan pelabuhan ini. Namun dia justru ditangkap dengan tuduhan palsu.
Zaenal bersama Geng Anak Badai berusaha keras untuk menyelamatkan Kampung Manowa. Mereka melakukan segala cara demi mempertahankan tanah kelahirannya itu. Meskipun alasan dari pembangunan pelabuhan itu adalah untuk kesejahteraan Kampung Manowa, tapi mereka paham bahwa itu hanyalah muslihat orang-orang yang berkepentingan saja.
"Sekarang orang-orang pintar itu akan membuat pelabuhan di sini. Mereka tidak akan tahu apa dampaknya bagi kita. Lebih celakanya lagi, mereka tidak peduli apa akibatnya bagi kita. Yang penting pelabuhan itu jadi, yang penting mereka mendapat uang banyak dari pembangunan pelabuhan.